belum tentu yang bukan anak ekonomi itu tidak mengerti istilah2 ekonomi, jadi gak usah disebut2 seperti itu lah ya, jangan under estimate, soalnya seperti misalnya di ITB itu ada UKM yang namanya KSEP (Kelompok Studi Ekonomi dan Pasar Modal)yang kegiatannya ya studi ekonomi dan pasar modal yang notabene santapannya para mahasiswa ekonomi, padahal yang ikut disana kebanyakan mahasiswa ITB yang tidak ada jurusan ekonominya, kan ada SBM? tidak, KSEP lahir jauh hari sebelum SBM ITB lahir,dan teman yg di TI juga punya mata kuliah yang berkaitan dangan masalah keuangan dan ekonomi,dan seterusnya..
pendeknya di era kemajuan teknologi informasi seperti sekarang, setiap orang bisa saja dengan mudah memahami masalah-masalah ekonomi termasuk mengenai krisis keuangan global saat ini, meskipun bukan anak ekonomi. catat de pendi..hehe =)
back to the topic,
saya pikir berbeda krisis yang terjadi di 97/98 dengan yang terjadi saat ini,ini sesuai dengan pendapat para pengamat dan ahli ekonomi juga lho
pertama, dari penyebab timbulnya krisis sudah berbeda, dulu murni berasal dari transaksi di pasar modal, tapi hanya terjadi di Asia saja. yg sekarang datangnya dari negeri paman sam karena subprime mortgage itu,dan efeknya menjalar ke pasar modal dan keuangan di seluruh dunia, tidak hanya asia.tapi ada yang berpendapat mata rantai penyebabnya hingga jauh hari sebelum itu, yakni sejak runtuhnya menara kembar WTC 11/9 2001 yang lalu
kedua, krisis 97/98 diiringi oleh krisis-krisis lainnya terutama krisis di bidang politik dan keamanan, dimana waktu itu sampai terjadi chaos dan penjarahan yang membuat 'takut' para pelaku pasar, termasuk para investor yang ramai2 meninggalkan Indonesia, sehingga jatuhlah pasar modal dan pasar keuangan kita, IHSG turun, Rupiah anjlok mencapai 17.000/$, sedangkan sekarang, meskipun pemilu sebentar lagi, gejolak politik relatif stabil dan pasar cukup percaya dengan kinerja pemerintah saat ini (apalagi sama Ibu Sri Mulyani yang termasuk wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia diatas Hillary Clinton dan termasuk Menteri Keuangan yang paling Sukses di Asia)
ketiga,Beban negara dulu lebih besar daripada sekarang, seperti dana subsidi dan hutang negara kita baik pemerintah maupun swasta itu tidak sebesar dulu,apalagi sekarang harga minyak kembali turun, dan dulu masih terikat sama IMF, sekarang sudah tidak lagi.akibat dari anjloknya nilai tukar semakin membengkak akibatnya membengkak pulalah hutangnya, suku bunga naik berkali lipat.hingga perbankan Indonesia pun collapse kena negative-spread hingga muncul kasus BLBI
tidak rasionalnya kebijakan pemerintah Indonesia menghadapi krisis keuangan saat ini dasarnya apa? kalau hanya beda pendapat aja dalam mengatasi krisis ini ya wajar aja,karena tentu semua berpeluang memiliki pemikiran yang berbeda dengan alasan dan dasar yang berbeda pula