Wednesday, February 6, 2008

Betapa Mudahnya Wanita Tertipu

Bagi para cewek jangan khawatir... sesuai janji Allah bahwa orang yang baik akan mendapatkan yang baik juga. Nah... untuk itu yuuk berlomba-lomba jadi manusia yg terbaik. Oke dech met baca artikel ini....

Berdasarkan dari betapa mudahnya wanita diperdaya oleh lelaki/cowok. Bahkan dengan sangat angkuhnya wanita sering berpendapat bahwa dirinya tidak akan mudah termakan rayuan gombal lelaki. Itu benar, karena dimasa sekarang ini tidak ada lelaki yang bibirnya bisa mengucapkan rayuan gombal seperti film-film Indonesia toempoe doeloe. Tetapi dengan pendidikan dan teknologi yang berkembang, metode kami berubah (red:cowok).

Kami bisa memanfaatkan semua SDM dan SDA yang ada di sekitar kami untuk menunjang tegaknya diagnosa "SERIUS"; dihadapan target (wanita).

Apakah property "Nebeng"? Oh tidak! Bahkan hanya dengan kesederhanaan, malah jadi pamungkas yang cukup jitu untuk meluluhkan hati wanita incaran kami. Karena dengan kesederhanaan dan property seadanya, akan mendatangkan kesan ketulusan dan bersahaja. Yang kemudian menimbulkan cinta sepenuh hati, berakibat kepasrahan. Ini fokusnya, kepasrahan yang artinya diriku sepenuhnya kuserahkan padamu, termasuk my virgin (klo masih).

Wahai wanita, tidak semua diantara kami kaum lelaki mengincar hartamu, yang merupakan incaran kami sebenarnya adalah SEX, sejauh mana dirimu memberikan rasa penasaran kepada kami, selama itu pula kami sanggup bersandiwara dengan sekuat tenaga kami. Mengapa kami sebut sandiwara? Karena kami menyimpulkan bahwa yang telah beristeri saja masih banyak yang selingkuh (meski tidak semuanya)

selengkapnya..

Malu Hilang, Kehancuran Datang

Di suatu perkampungan miskin, tinggal sebuah keluarga kaya raya. Rumahnya bak istana, meski di kelilingi rumah-rumah gubuk dan satu dua rumah sangat sederhana. Selain tuan tanah, keluarga ini juga pedagang sekaligus rentenir.

Suatu hari anak-anaknya yang sudah beranjak dewasa dipanggil, ditanyai satu persatu tentang permintaannya. Yang pertama minta rumah dan modal kerja. Yang kedua minta mobil. Yang ketiga minta sekolah di luar negri. Begitu setrusnya, sampai pada anak yang terakhir. Si bungsu ini ketika ditanya, dengan tersipu-sipu berkata, “Malu, Bu !”.

Tanpa diduga sang Ibu menyahut, “Jika itu yang kau minta, terus terang, ibu tidak punya.”

Kisah ini tentu saja sekadar anekdot. Tetapi jangan sampai kita merasa tersindir olehnya, sekalipun kita bukan jutawan. Bukankah, soal hilangnya rasa malu, semua orang punya kemungkinan untuk mengalaminya?

Malu, pada masa kini menjadi barang yang semakin langka. Orang yang punya sifat malu semakin sedikit jumlahnya. Muka-muka tebal semakin banyak dan menyebalkan. Padahal inilah sumber bencana.

selengkapnya..

Tuesday, February 5, 2008

A little thinking makes all the difference!


Recently, I came across an interesting saying about "Thinking". It
states that only 2% of the people really think, 3% of the people
think that they think and 95% of the people would rather die than
think! What do you think? Does the statement make sense? Oh, by the
way, are you thinking ha?


I believe it refers to the fact that most of us look at things just
on the surface, sort of 'glancing' and don't really take the trouble
to look at things in a deeper perspective. Take for example,
recently I was in Indonesia (I believe by now the whole world knows
where the country is owing to the Bali incident.), the paper
published a chart showing the popularity of the President's policy
sliding down in the 15 months she that was in office.

The implication was that the government was not doing a good job. But if
we were to think deeper, perhaps the government is actually doing
the RIGHT THING. Because doing something popular doesn't mean it is
right. Doing things like raising the price of petrol and reducing
the subsidy is RIGHT but it's not popular!
Now, let's look at the media, they broadcast and publish a lot of
sensational news. It may be popular but it's not the right thing.

Can you see what a little "thinking" can do? It can help us to look
at life from a totally different perspective. We don't have to
follow the masses at all. Come to think of it, the masses may be
going the wrong way, otherwise, why is it there are so many unhappy
people in the world? And to add to the current issue, if people were
to do a little "thinking", they will not tie themselves to a bomb
and blast themselves and others. If their leaders were to say that
they will go to 'Paradise' by doing that - they should ask "How does
he know?" "Why doesn't he do it himself?". If their country's leader
were to ask them to declare WAR on another country; they should
ask, "What is it for?"

Similarly in one's life, we should not be swayed by what the public
think or expect in making our decision. We are here not on a
popularity contest. To me, we are here on a "Happy Contest". Do not
allow your happiness to be dependent on popularity. Base your
happiness on your dreams. Strike out and live your dreams. Because
that's the only way one can really excel and be happy. And it would
be real great if you can also structure it in such a way that you
are being paid while living your dreams!

And should you be rejected or 'fail' along the way, remember it's
just like falling down while playing your favourite game. Wasn't it
such fun? We can't even remember the pain.
That's how life is to be lived. Take all that come our way - it's
what makes our life rich. Never prefer a life where "Nothing"
happens to you. Start now, welcome things to happen to your life.
And if it doesn't - well, make it happen!

Monday, February 4, 2008

SELAGI ADA KESEMPATAN !

“ Hup ! “

Dengan seenaknya Vidi melompat ke motor seorang tukang ojek. “Pegang kencang-kencanglah, nanti kalo jato pula anak orang, cemmana nasib awak_awak pula yang kena!”, tutur si Abang. “Veteran Bang ! cepat sikitlah !”, dan motor ojekan itu pun melaju.

Tak berapa lama Vidi telah tiba di depan rumahnya. Belum lagi membuka pintu pagar, Vidi sudah melepas jilbab putih yang sedari tadi dia kenakan. “Gerah ‘kali”, batinnya. Dengan ringan kemudian ia melangkah masuk ke halaman. “Vidiii..! Vidi ??? As…salaam…as..”. “ Hai, Rizal !”, Vidi membalas sapa Rizal yang lewat di depan rumahnya. Jilbabnya ia lambaikan kearah Rizal dengan riang. “ Tak mampir dulu ?”

Rizal hanya ternganga. Mulutnya membentuk huruf O !, Ketua OSIS Madrasah Aliyah Negeri Medan itu pun buru-buru berlalu..
cerita selanjutnya..

SELAGI ADA KESEMPATAN !

http://irwanpena.blogspot.com

Saturday, February 2, 2008

Nyunda Ah!!

Bismillah,,
tos lami tara nyarios sunda,,komo deui nulis ku basa Sunda,,leuwih komo deui nulis di Internet atanapi di blog make basa sunda,,karek ayeuna pisan

bahasa teh cingcirining budaya anu penting,,dina bahasa urang bisa manggih sagala rupa kakayaan hasil karya manusia anu nyata, tina bahasa oge nunjukeun jati diri sakumaha kualitas hiji budaya dina hiji masyarakat..

he,,bersambung ah..