Wednesday, October 22, 2008

Sunnatullah (invisible hand) dalam Perekonomian

Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran
(QS Al-Qomar ayat 59)

dan QS As-Syuuro ayat 27
" Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat."

Mencermati Firman Allah SWT tersebut dengan fenomena krisis keuangan saat ini sangatlah relevan. Hari ini manusia telah banyak melampaui batas-batas ketentuan yang telah Allah tetapkan bahwa segala sesuatu itu memiliki ukuran tertentu, ketika ukuran itu sudah tidak lagi sesuai dengan sunnatullah, maka yang akan terjadi adalah kerusakan dan kehancuran.

Tak terkecuali dalam sistem perekonomian, ukuran-ukuran sunnatullah itu pasti ada. Dalam konteks krisis keuangan yang terjadi sekarang, sistem keuangan dunia telah terlampau kelewat batas, sektor keuangan sangat timpang dengan sektor riil, jika kita perhatikan transaksi yang ada di pasar keuangan yang memperjual belikan sekuritas berupa saham, obligasi dan turunannya dibanding dengan transaksi di pasar nyata yang memperjualbelikan produk barang dan jasa yang nyata itu sangat jauh sekali gap-nya.

Ketimpangan ini yang menyebabkan sistem perekonomian yang umumnya berjalan sekarang belum dapat mengatasi kemisikinan dan mensejahterakan umat manusia secara keseluruhan. Kita masih mendapati jurang yang tinggi antara orang-orang yang kaya dengan orang-orang miskin, kita masih menyaksikan ada Negara yang kaya raya di satu ekstrim dan Negara sangat miskin di ekstrim sebaliknya.

Beberapa waktu yang lalu, penulis menyaksikan di media ada seorang Pangeran Kerajaan di Timur Tengah yang sibuk belanja Pesawat Air Bus terbaru untuk kepentingan pribadinya, dia ingin memiliki istana yang bisa terbang kemana-mana, sebuah pesawat sekaligus istana buatnya, sedangkan di belahan dunia lainnya yang sangat dekat sekali dengan kita, masih dapat kita saksikan kemiskinan yang menjamur dimana-mana, orang rela mengorbankan jiwa mereka demi uang yang sesungguhnya tak ada nilainya dibanding jiwanya sendiri. Bagaikan langit dan bumi memang ekonomi dunia saat ini.

Semua fenomena itu terjadi karena distribusi kekayaan yang terhambat, ada distribusi perekonomian yang tidak mengalir semestinya sesuai dengan sunnatullah. Mestinya setiap manusia menyadari bahwa mereka didunia ini tidaklah memiliki apa-apa, semua ini hanyalah milik Allah, Tuhan pencipta Alam semesta beserta isinya. Manusia hanya dititipi saja sementara waktu. Artinya semua pengelolaan atas kekayaan yang ada mestinya sesuai dengan keinginan pemilik dong! Sesuai dengan kehendak Sang Pencipta, dimana Dia sudah mengaturnya dalam ayat-ayat yang ada, baik yang tersirat dalam kehidupan, maupun yang tersurat di Al-Quran yang diperjelas lagi oleh Utusan-Nya.

Peluang Pusat Pasar Keuangan Syariah Dunia


Bahrain
Sebagai salah satu pusat pasar keuangan syariah khususnya di Timur Tengah, Bahrain hingga triwulan I-2008 telah menerbitkan sukuk lebih dari USD 4,9 miliar. Selama triwulan laporan, penerbitan sukuk didominasi oleh perusahaan. Perusahaan Manara Developments Company menerbitkan sukuk sebesar USD 2,6 miliar pada awal Maret 2008. Pesatnya perkembangan keuangan syariah di Bahrain didorong oleh tiga factor utama, yakni (a) peran aktif Bank Of Bahrain (CBB), (n) Lokasi yang strategis di Timur Tengah, dan (c) Keberadaan berbagai institusi pendukung seperti AAOIFI, LMC,IIFM dan IIRA.

Uni Emirat Arab
Uni Emirat Arab (UEA) telah menerbitakn sukuk senilai USD 11,5 miliar. Dari jumlah tersebut, sebesar 63% sukuk diterbitkan oleh korporasi dan sisanya oleh Negara (sovereign) (IFIS,2008). Dubai Financial Services Authority (DFSA) saat inin tengah dalam proses penyusunan kerangka regulasi untuk lebih meningkatkan pertumbuhan industry keuangan syariah. Dalam jangka mengnah, DFSA memilik target untuk melakukan penyelarasan (aligning) kerangka pengaturan industry keuangan syariah dengan pusat-pusat keuangan dunia seperti London dan Singapore.

Inggris
Dalam rangka menjadikan dirinya sebagai pusat pasar keuangan syariah di luar juridikasi Islam, inggris berencana menerbitkan sukuk sovereign pada tahun 2009. Meski menadpat reaksi negative dari sejumlah kalangan sehubungan dengan kekuatiran peralihan asset Negara pda pengusaha dan bank-bank negara Islam, Pemerintah Inggris konsisten dengan komitmen yang dibuatnya pada April 2007 tersebut dan telah menganggarkan rencana tersebut pada “Finance Bill 2008”. Mengingat Inggris merupakan negara terkemuka dalam industri keuangan dan memiliki hubungan keuangan yang kuat dengan Asia dan TimurTengah, Inggris memiliki keuntungan untuk pengembangan industri syariahnya. London dewasa ini telah menjadi pemimpin dalam pengembangan psar sekunder bagi obligasi syariah.

Malaysia
Malaysia terus berupaya menjadi pusat pengembangan pasar keuangan syariah Asia. Salah satu upaya lanjutan dalam menuju posisi tersebut adalah dengan memperkuat pusat bisnis dan keuangan internasional Labuan (Labuan International Business and Financial Center). Selain itu, pemberlakuan undang-undang baru yang terkait dengan pembiayaan perbankan syariah luar negeri diaharapkan akan semakin mengembangakan pasar keuangan Malaysia dan wilayah sekitarnya (termasuk Indonesia). Dengan UU tersebut, bank-bank syariah Indonesia dimungkinkan membentuk kantor cabang di Malaysia. Malaysia juga intensif menerbitkan sukuk dalam denominasi mata uang local (MYR). Sampai riwulan pertama tahun 2008, Malaysia telah menerbitkan sukuk ekuivalen USD 29,8 miliar. Sebagian besar (85%) dari sukuk tersebut diterbitkan oleh korporasi.
Jepang
Rencan Jepang melalui Japan Bank of International Cooperation (JBIC) menerbitkan sukuk negara senilai USD 300-500 juta di pasar Malaysia pada awal tahun 2008 belum terlaksana karena hambatan kerangka hokum. Untuk membantu perkembangan pasar keuangan syariah di Jepang, IFSB menyarankan JBIC menjadi anggota pengamat (observer member) di IFSB. Dengan status sebagai pengamat, Jepang dapat mengikuti berbagai konferensi dan mempunyai akses inforasi terkait pasar keuangan syariah dari setiap negara anggota. Untuk mewujudkan komitmen sebagai negara G-8 pertama yang menerbitkan sukuk, Jepang bertekad membuka gerbang seluas-luasnya bagi pengembangan industri keuangan syariah di Asia.

Indonesia
Sampai saat ini, pertumbuhan pasar keuangan syariah di Indonesia masih tetap dimotori oleh industri perbankan syariah. Indutri lainnya seperti pasar modal syariah, reksa dana syariah, dan takaful masih berjalan relative lambat. Namun keseriusan Pemerintah Indonesia terlihat semakin kuat dengan adanya rencana penerbitan sukuk domestic di Agustus 2008 dan sukuk internasional di Oktober 2008. Saat ini pemerintah sedang menjajagi segala persiapan yang dibutuhkan untuk penerbitan tersebut, termasuk kerangka hokum dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan.


Monday, October 13, 2008

.




aduh ma...krisis lagi..krisis lagi...
belum krisis energi, pangan dan lingkungan dapet solusi yang pas, dunia kedapetan satu krisis lagi yang dahsyat yaitu krisis duit...

layaknya seperti darah dalam tubuh kita, duit memang memiliki peranan sangat vital bagi dunia, kalau tubuh tanpa darah bisa mati, dunia tanpa uang..bisa hancurlah semuanya...apa kata dunia??

makanya kalau kata saya segala sesuatu itu kan memang punya kadar yang seimbang,,semua harus seimbang...dalam hal ini sektor duit sama sektor riil itu mesti seimbang, malah kalau saya amati kadar yang pas itu yang mestinya lebih gede adalah sektor riil dari pada sektor duit (financial sector)..kalau nggak tunggulah kehancurannya...

oleh karena itu, perusahaan yang memiliki fundamental ekonomi yang bagus (ditopang oleh produktifitas barang dan jasa yang riil) akan relatif bisa bertahan menghadapai krisis kali ini..begitupun negara, kalau sebuah negara terlalu condong mengurusi masalah duit saja tanpa mendistribusikannya ke sektor riil dengan seimbang, lihat saja pasti tergoncang berat..

~ irwan irawan