Di suatu perkampungan miskin, tinggal sebuah keluarga kaya raya. Rumahnya bak istana, meski di kelilingi rumah-rumah gubuk dan satu dua rumah sangat sederhana. Selain tuan tanah, keluarga ini juga pedagang sekaligus rentenir.
Suatu hari anak-anaknya yang sudah beranjak dewasa dipanggil, ditanyai satu persatu tentang permintaannya. Yang pertama minta rumah dan modal kerja. Yang kedua minta mobil. Yang ketiga minta sekolah di luar negri. Begitu setrusnya, sampai pada anak yang terakhir. Si bungsu ini ketika ditanya, dengan tersipu-sipu berkata, “Malu, Bu !”.
Tanpa diduga sang Ibu menyahut, “Jika itu yang kau minta, terus terang, ibu tidak punya.”
Kisah ini tentu saja sekadar anekdot. Tetapi jangan sampai kita merasa tersindir olehnya, sekalipun kita bukan jutawan. Bukankah, soal hilangnya rasa malu, semua orang punya kemungkinan untuk mengalaminya?
Malu, pada masa kini menjadi barang yang semakin langka. Orang yang punya sifat malu semakin sedikit jumlahnya. Muka-muka tebal semakin banyak dan menyebalkan. Padahal inilah sumber bencana.
selengkapnya..
No comments:
Post a Comment