Allah SWT berfirman :
“ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”
(QS Al-Qomar ayat 59)
dan QS As-Syuuro ayat 27
" Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat."
Mencermati Firman Allah SWT tersebut dengan fenomena krisis keuangan saat ini sangatlah relevan. Hari ini manusia telah banyak melampaui batas-batas ketentuan yang telah Allah tetapkan bahwa segala sesuatu itu memiliki ukuran tertentu, ketika ukuran itu sudah tidak lagi sesuai dengan sunnatullah, maka yang akan terjadi adalah kerusakan dan kehancuran.
Tak terkecuali dalam sistem perekonomian, ukuran-ukuran sunnatullah itu pasti ada. Dalam konteks krisis keuangan yang terjadi sekarang, sistem keuangan dunia telah terlampau kelewat batas, sektor keuangan sangat timpang dengan sektor riil, jika kita perhatikan transaksi yang ada di pasar keuangan yang memperjual belikan sekuritas berupa saham, obligasi dan turunannya dibanding dengan transaksi di pasar nyata yang memperjualbelikan produk barang dan jasa yang nyata itu sangat jauh sekali gap-nya.
Ketimpangan ini yang menyebabkan sistem perekonomian yang umumnya berjalan sekarang belum dapat mengatasi kemisikinan dan mensejahterakan umat manusia secara keseluruhan. Kita masih mendapati jurang yang tinggi antara orang-orang yang kaya dengan orang-orang miskin, kita masih menyaksikan ada Negara yang kaya raya di satu ekstrim dan Negara sangat miskin di ekstrim sebaliknya.
Beberapa waktu yang lalu, penulis menyaksikan di media ada seorang Pangeran Kerajaan di Timur Tengah yang sibuk belanja Pesawat Air Bus terbaru untuk kepentingan pribadinya, dia ingin memiliki istana yang bisa terbang kemana-mana, sebuah pesawat sekaligus istana buatnya, sedangkan di belahan dunia lainnya yang sangat dekat sekali dengan kita, masih dapat kita saksikan kemiskinan yang menjamur dimana-mana, orang rela mengorbankan jiwa mereka demi uang yang sesungguhnya tak ada nilainya dibanding jiwanya sendiri. Bagaikan langit dan bumi memang ekonomi dunia saat ini.
Semua fenomena itu terjadi karena distribusi kekayaan yang terhambat, ada distribusi perekonomian yang tidak mengalir semestinya sesuai dengan sunnatullah. Mestinya setiap manusia menyadari bahwa mereka didunia ini tidaklah memiliki apa-apa, semua ini hanyalah milik Allah, Tuhan pencipta Alam semesta beserta isinya. Manusia hanya dititipi saja sementara waktu. Artinya semua pengelolaan atas kekayaan yang ada mestinya sesuai dengan keinginan pemilik dong! Sesuai dengan kehendak Sang Pencipta, dimana Dia sudah mengaturnya dalam ayat-ayat yang ada, baik yang tersirat dalam kehidupan, maupun yang tersurat di Al-Quran yang diperjelas lagi oleh Utusan-Nya.
“ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”
(QS Al-Qomar ayat 59)
dan QS As-Syuuro ayat 27
" Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat."
Mencermati Firman Allah SWT tersebut dengan fenomena krisis keuangan saat ini sangatlah relevan. Hari ini manusia telah banyak melampaui batas-batas ketentuan yang telah Allah tetapkan bahwa segala sesuatu itu memiliki ukuran tertentu, ketika ukuran itu sudah tidak lagi sesuai dengan sunnatullah, maka yang akan terjadi adalah kerusakan dan kehancuran.
Tak terkecuali dalam sistem perekonomian, ukuran-ukuran sunnatullah itu pasti ada. Dalam konteks krisis keuangan yang terjadi sekarang, sistem keuangan dunia telah terlampau kelewat batas, sektor keuangan sangat timpang dengan sektor riil, jika kita perhatikan transaksi yang ada di pasar keuangan yang memperjual belikan sekuritas berupa saham, obligasi dan turunannya dibanding dengan transaksi di pasar nyata yang memperjualbelikan produk barang dan jasa yang nyata itu sangat jauh sekali gap-nya.
Ketimpangan ini yang menyebabkan sistem perekonomian yang umumnya berjalan sekarang belum dapat mengatasi kemisikinan dan mensejahterakan umat manusia secara keseluruhan. Kita masih mendapati jurang yang tinggi antara orang-orang yang kaya dengan orang-orang miskin, kita masih menyaksikan ada Negara yang kaya raya di satu ekstrim dan Negara sangat miskin di ekstrim sebaliknya.
Beberapa waktu yang lalu, penulis menyaksikan di media ada seorang Pangeran Kerajaan di Timur Tengah yang sibuk belanja Pesawat Air Bus terbaru untuk kepentingan pribadinya, dia ingin memiliki istana yang bisa terbang kemana-mana, sebuah pesawat sekaligus istana buatnya, sedangkan di belahan dunia lainnya yang sangat dekat sekali dengan kita, masih dapat kita saksikan kemiskinan yang menjamur dimana-mana, orang rela mengorbankan jiwa mereka demi uang yang sesungguhnya tak ada nilainya dibanding jiwanya sendiri. Bagaikan langit dan bumi memang ekonomi dunia saat ini.
Semua fenomena itu terjadi karena distribusi kekayaan yang terhambat, ada distribusi perekonomian yang tidak mengalir semestinya sesuai dengan sunnatullah. Mestinya setiap manusia menyadari bahwa mereka didunia ini tidaklah memiliki apa-apa, semua ini hanyalah milik Allah, Tuhan pencipta Alam semesta beserta isinya. Manusia hanya dititipi saja sementara waktu. Artinya semua pengelolaan atas kekayaan yang ada mestinya sesuai dengan keinginan pemilik dong! Sesuai dengan kehendak Sang Pencipta, dimana Dia sudah mengaturnya dalam ayat-ayat yang ada, baik yang tersirat dalam kehidupan, maupun yang tersurat di Al-Quran yang diperjelas lagi oleh Utusan-Nya.