Friday, September 26, 2008
Tuesday, September 9, 2008
Sebuah Keikhlasan
Tapi... Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji: Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik. Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya :
"Ibu, bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi... " Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa. Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten...
"Oke ... Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?" Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya."Terimakasih. .., Ibu".
Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau...
Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya
"Anisa..., Anisa sayang ngga sama Ayah ?"
"Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah !"
"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu..."
"Yah..., jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari nenek... ! Itu kesayanganku juga"
"Ya sudahlah sayang,... ngga apa-apa !". Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.
Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi,
"Anisa..., Anisa sayang nggak sih, sama Ayah ?"
"Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah ?".
"Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu."
"Jangan Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.." Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain. Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Anisa sedang duduk diatas tempat tidurnya.
Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya, mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya...
" Ada apa Anisa, kenapa Anisa ?" Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya
" Kalau Ayah mau... ambillah kalung Anisa" Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa.
Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih... sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa...
"Anisa... ini untuk Anisa. Sama bukan? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau" Ya..., ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.
Demikian pula halnya dengan ALLAH. Terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Anisa: Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga,dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan.. . baik itu berupa barang/harta ataupun orang yang kita kasihi.
Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena kita HARUS yakin tidak akan ALLAH mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Wednesday, September 3, 2008
day#3
semalam sejarah baru tercetak lagi dalam hidup saya, saya melakukan shalat tarawih dengan 25 rakaat!! biasanya kan yang 11 rakaat, kemudian Ramadhan kali ini pertama kali juga saya melaksanakan shalat tarawih di luar kota Bandung =P
shalat tarawih 22 rakaat dengan 2 rakaat-2 rakaat plus 3 rakaat witir dengan 2 salam (2 rakaat dulu ditambah lagi 1 rakaat),, namun yang menarik, meski jumlah rakaatnya lebih banyak, namun waktunya jadi lebih cepat..karena tanpa ada ceramah, dan setiap rakaat kedua surat yang dibaca adalah surat Al-Ikhlas =)
Monday, September 1, 2008
Ramadhan Datang Lagi
Akhirnya saya pun berangkat Shalat Tarawih ke Mesjid semalam, dengan mendasarkan pendapat kepada Dewan Tarjih Muhammadiyah yang telah menetapkan lebih dahulu bahwa 1 ramadhan jatuh pada hari ini, 1 September 2008 dengan metode hisab. Namun saya sempet tersenyum sedikit di mesjid yang saya shalat didalamnya karena ternyata juga sudah menetapakan bahwa malam tadi malam pertama pelaksanaan shaat tarawih sekaligus menandakan tibanya 1 ramadhan 1429 H padahal sepengetahuan saya suka agak berbeda dengan Muhammadiyah (mesjid di lingkungan rumah saya condong ke Persis) tapi baguslah..=)
dan tambah kaget lagi..semalam itu telah terpecahkan satu rekor baru di Mesjid itu (mesjid Adzikro) karena jumlah jamaah shalat tarawih yang hadir meleber tumpah ruah sampai keluar mesjid..sehingga mamah saya aja sampai kedinginan sepulang dari mesjid.."wuh tadi tiris pisan diluar,tambah barudak rarecok wae.." begitu katanya. dan satu lagi..yang meleber tumpah ruah hingga kehalaman mesjid itu ibu-ibunya aja sama remaji-remaji pemudi (remaja putri)..mestinya kan bapak-bapak sama pemuda-pemuda yang lebih banyak..secara mereka yang lebih dianjurkan ke mesjid, tapi itulah yang terjadi semalam,,mala pertama bulan ramadhan ini yang menyimpan satu kesan baru dalam hidup saya..